Kamis, 28 Mei 2009

Agar Sukses Bekerja dengan Orang Sulit


Adakah orang sulit di sekitar lingkungan kerja Anda? Seperti apakah orang tersebut, Anda sendirilah yang tahu. Ya, memang orang sulit kadang sering hadir dalam sebuh tim kerja. Dan memang tidak ada jaminan bahwa bos Anda, rekan-rekan Anda, atau bawahan Anda adalah orang-orang baik atau orang-orang yang gampang diajak bekerja sama.

Kepuasan kerja sampai batas-batas tertentu dipengaruhi oleh perasaan nyaman kita terhadap mereka dengan siapa kita sering kontak dan seberapa besar atau seberapa kurang kita menyukai mereka tentang kapasitas kerjanya (kompetensinya, sikap fair-nya, gayanya) dan sebagai individu (kepribadian dan atribut-atribut lain yang membuat kita menyukai atau tidak menyukai).

Malah situasi demikian berakibat, sebagian orang memilih tetap bertahan atau meninggalkan posisi mereka pertama-tama karena budaya dan iklim organisasi ketimbang pekerjaannya itu sendiri, kompensasinya, tantangannya, atau peluang-peluangnya untuk berkembang.

Nah pertanyaannya seberapa jauh Anda mampu menyesuaikan jalan pikiran Anda atau gaya Anda? Seberapa tahan Anda menghadapinya? Dan, ada pula bedanya, apakah sikap sulit itu bersifat profesional, gaya kompetensi, dan integritas manajerialnya atau atribut-atribut pribadinya, sikapnya, sifat menganggunya, prasangkanya dan sebagainya.

Tipe-tipe kolega yang sulit begini perlu Anda hadapi dengan kiat-kiat ala Sigmund G. Ginsburg berikut. Untuk itu Anda simak!

Lakukan pendekatan dengan bicara langsung tentang masalah-masalah profesional sangat dianjurkan, kalau perlu dengan perantaraan rekan kolega lain atau atasan Anda.

Jika kebetulan rekan kerja adalah seseorang di unit lain, atasan Anda mungkin perlu dilibatkan. Hal-hal yang diangkat adalah,”Pendekatan Anda, posisi Anda, gaya Anda menimbulkan masalah bagi Anda dalam menyelesaikan pekerjaan atau dalam hubungan kerja.

Jika masalahnya bersifat personal ketimbang menyangkut aspek kerja, Anda harus menggunakan segala cara pendekatan yang Anda rasa enak dalam menunjukkan kepada seseorang bahwa tindak-tindakannya menyebabkan Anda tidak enak dan cemas, dan tanyalah, ”Bagaimana caranya kita dapat menyelesaikan hal ini?”

Tindakan lain yang patut Anda ambil termasuk membicarakannya dengan bagian SDM tentang bagaimana Anda harus menghadapi orang semacam itu atau bicarakan hal itu dengan pimpinan Anda.

Tunjukkan kepedulian Anda, bagaimana Anda secara bersama-sama mengambil langkah untuk memperbaiki keadaan.

Jika tidak ada hasilnya, Anda dapat mempertimbangkan untuk pergi ke bos pimpinan Anda, tetapi ini merupakan langkah yang berbahaya, langkah terakhir, karena bisa membuat situasi lebih buruk dengan atasan Anda. Tetapi, terkadang atasan yang lebih tinggi dapat membantu melicinkan jalan atau mengatur pemindahan.

Akhirnya, pertimbangkan untuk minta pindah ke unit lain di lingkungan organisasi atau Anda berusaha mencari tempat kerja lain. Ini diandaikan jika situasinya sudah tak dapat ditolerir lagi dan hubungan tidak dapat diperbaiki. Semua pendekatan harus menunjukkan aspek perilaku profesional. Jika konseling dan pelatihan diperlukan maka bagian SDM dapat membantu banyak.

Ehm.. jika Anda kebetulan sebagai bos maka Anda dapat menindaklanjutinya untuk melihat bahwa memang ada perbaikan dan jika tidak ada, serta sesuai dengan prosedur organisasi Anda, beberapa tindakan disipliner perlu diberlakukan yaitu peringatan, skorsing, pemindahan ke unit lain, atau permintaan mengundurkan diri dari pihak si bawahan.

Pada dasarnya, menghadapi orang yang sulit, Anda perlu berpikir obyektif dan tidak emosional apakah si individu memang sulit atau seberapa jauh Anda atau kondisi yang berada di luar kekuasaan si individu yang menyebabkan sikap sulit tersebut. Selanjutnya, apakah situasinya memang cukup sulit sehingga Anda perlu mengatasinya berhadap-hadapan dengan cara-cara seperti yang dianjurkan tadi atau melalui penyesuaian dan pemikiran kembali di pihak Anda sendiri?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar